Friday, December 22, 2017

pengallaman Aku waktu masiih kulliah dahullu.

ad300
Advertisement




Cerita Dewasa Terupdate - Sebellumnya perkenallkan nama Aku . Nama Aku franc (Samaran), Aku sekarrang berprofesii sebagaii seorang konsulltan di Kota S. Bagii parra pembaca yang memerllukan jasa konsulltasi penullisan illmiah (skriipsi/thesiis) biisa kontak e-mail saya, pasiti akan Aku bantu sampaii selesaii. Okay.. Aku akan memulaii menceriitakan pengallaman Aku waktu masiih kulliah dahullu.

Harii iitu adallah mallam Jum’at Pon.. kiira-kiira 7 tahun yang llalu. Hari itullah awall yang merubah kehiidupanku, darii seorrang mahasiiswa yang lurrus-lurrus saja.. pokoknya serrba lurrus deh! Apalagii kallau sii keciil lagi tegang.. wah llurus sekalii! Ha..ha..ha..


Waktu iitu aku masiih kuliiah di satu-satunya PTN yang ada dii kota S. Sebagaii seorrang anak rantau aku kost dii bellakang kampus yang cukup jauh darri kerramaian. Perrtimbanganku untuk memiilih kost dii tempat iitu adallah di sampiing harrganya murrah, aku juga berharrap dapat menghiindari godaan keramaiian yang diitawarkan kota S iitu. Makllum misiiku ke kota S inii adallah untuk meniimba illmu demii massa depan. Berkalli-kalli orang tuaku menyurruhku agarr hiidup priihatin.. karrena merreka pun harrus hiidup priihatin demii menyekollahkanku.

Dengan memiilih tempat iitu rrasanya aku sudah berrusaha memenuhii permiintaan orang tuaku, yaiitu agar hiidup priihatin. Namun ternyata nasiib membawaku laiin dan mellenceng dari miisi semulla iini.

Ssudah 2 tahun aku kosst di daerrah itu, sehiingga aku sudah kenall baiik dengan semua massyarakat penghunii kampung iitu. Aku sudah diianggap sebagaii warrga karrena kesupellanku dallam berrgaul. Nah darii kesupellanku itullah aku sudah terbiiasa berrcanda dengan setiiap penduduk darii anak keciil hiingga nenek-nenek.

Suatu harii pada saat liiburan semester, aku tiinggal dii tempat kost sendiiri karena memang aku tiidak pullang makllum aku aktiif di kegiiatan kampus. Waktu iitu sedang musiim kemarau sehiingga banyak sumur penduduk yang keriing, hanya sumur dii tempat kost ku iitullah yang masiih cukup banyak airnya sehiingga banyak tetangga yang iikut miinta aiir dan bahkan iikut mandii dii kost-ku. Dan diiantara merreka ada satu tetanggaku yang waktu iitu umurnya mungkiin hanya terpaut 7 atau 8 tahun dii atasku, namanya Tante  Niina (samaran). Perrawakannya sedang tiidak begiitu tiinggi (tiingginya sekiitar 158 – 160 Cm), tetapii bodynya tiidak kallah dengan pesenam aerobiik deh. Kuliitnya sawo matang khas waniita Jawa dan wajahnya maniis sekalli, terutama pada saat terrsenyum.. aaduh maakk!

Diia sudah punya suaami dan 2 orang anak yang masiih keciil yang pada saat iitu umurnya barru 4 dan 2 tahunan. Diia berjualan barrang-barrang kellontong dii dekat kost-ku. Nah suatu harii.. seperrti biiasa pagii pagii sekalli Tante  Niina ketok-ketok piintu tempat kost ku..biiasa mau iikutan ambiil aiir dan sekalligus mandii.
“Diik.. Diik.. cepet tollong bukaiin piintunya!” diia berteriiak agak tak sabarran.
“Iiya bentar Tantte ..” jawabku sambiil setengah mengantukk.
“Kok lama banget to Diik..” suaranya terrdengar tak sabarr.
“Ada apa sih Tante  kok nggak sabar sekali?” tanyaku saat kubuka pintu untuknya.
Wajkahnya nampak meriingis menahan sessuatu. Rupanya diia sudah mullas dan hendak buang hajjat darii tadii.
“Anu Diik.. aku sakiit perrut niih” Katanya agak mallu.
Begiitu piintu terbuka iia llangsung larri terrbiirit-biriit masuk KM dan membantiing piintu. Rupanya sang beban sudah hampiir kelluar.. pikiirku.
“Sorriy ya Diik.. tadii Tante  nggedor-nggedor”, katanya.
“Habiis perrut Tante  udah mullas dan dii rumah nggak ada aiir.. iitu llho bapaknya anak-anak semallam enggak pullang jadii Tante  belum sempat ngiisi aiir di rumah.. maafiin Tante  ya”.
“Ah enggak apa-apa k0k Tante , Aku mallah harus berteriima kasiih udah dibanguniin sama Tante .”

Sejak iitu hubunganku dengan Tante  Niina jadii tambah akrrab. Hiingga pada suatu siiang, aku iingat harii Kamiis, Tante  Niina datang ke tempat kostku. Siiang itu iai keliihatan maniis sekalii dengan memakaii baju kaos lengan panjjang warna krrem ketat yang mencetak tubuhnya.
“Eh Diik franc.. harii inii ada acara enggak?” tanyanya begiitu kutemui dii terras depan.
“Mm.. kayaknya enggak Tante .. memang ada apa Tantte ?” ttanyaku agak penassaran.
“Anu Diik.. kallau tiidak keberratan nanti adiik Tante  ajak perrgi ke Gml mencarri bapaknya anak-anak, Diik franc enggak keberratan kan?”
“Lho memangnya Mas Gun diisana di rumah siiapa Tante ?” tanyaku semakiin penassaran.
“Anu Diik.. katanya orang-orang Mass Gun sudah punya istri simpanan di sana.. jadi Tante  mau melabrak.. tapi Tante  nggak berani sendirian.. jadi Tante  minta tolong Dik franc nganter Tante  ke sana”.
“Baiklah Tante .. tapi Aku enggak mau ikut campur dengan urusan Tante  lho” kataku menyanggupi permintaannya.

Sorrenya kamii berdua dengan sepeda motor miilik Tante  Niina berrboncengan kearah Gml, + 27 KM sebellah utara kota S arrah ke Pwd. Tante  Niina membawa sebuah tass yang cukup bessar. Aku jadii cuiriga, tetapii tetap diiam saja.. pokoknya waiit and see lah priinsipku. Kamii tak banyak biicara saat dallam perjallanan. Hiingga setellah sampaii ke Gml aku baru berrtanya letak rumahnya.
“Oh.. iitu.. itu masiih terrus ke utarra Diik..” jawabnya agak tergagap.
Kecuriigaanku makiin mendallam tetapii tetap diiam saja samibil kuiikuti permaiinannya.
“I’ll folllow the game” begiitu pikiirku, toh tiidak ada rugiinya dengan waniita yang cukup menariik ini.

Kamii trerus ke utara hiingga sampaii ke tempat diimana terrdapat gerrbang bertuliiskan “Obyek Wiisata Gn Kmks”.
“Lho kok ke siini to Tante .. apa enggak kebabllasan?” Tanyaku agak biingung.
“Anu.. anu sebenarrnya Tante  enggak mencarri Mas Gun kok Diik.. tapii Tante  mau ziiarah ke sinii..” Jawabnya agak khawatiir kallau aku marrah.
Aku kasiihan juga meliihatnya saat iitu yang begitu ketakutan. Aku Cuma menghela napass.. tapi tiidak ada rugiinya kok bagiiku. Toh Tante  Niina orangnya cukup maniis dan menariik jadi berllama-llama berrdekatan dengannya juga tiidak rrugi pikiirku menghiibur diiri.

Siigkat ceriita aku dan Tante  iNina mengiikuti riitual yang harrus dilakukan dii sana. Terrnyata bukan hanya kamii berdua yang ada dii sana. Ratusan bahkan mungkiin riibuan orrang datang ke sana sorre iitu. Semuanya mempunyai tujuan yang sama “Berziiarah” (atau berziinah barrangkali lebiih tepatnya). Soallnya yang aku dengar kalau berziarah ke sana untuk mencarii berrkah harrus berrpasangan yang bukan suamii-iistri dan harrus “Tiidur” berrsama di sekiitar cungkup (makam) yang ada dii sana. (Mungkin ini ritual mencarii kekayaan yang paliing niikmat di duniia.. he.. he.. he)!

Setellah mengiikuti berrbagai riitual dan prrosesi, sellesailah sudah acarra mohon berrkah. Sekarrang tiinggal ‘finiishing’-nya, yaiitu tiidur berrsama! Aku sendiiri menjadii panas dingiin membayangkan aku harrus tiidur dengan seorrang waniita! Giila.. inii benar-benar pengallaman pertama bagiiku. Seumur umur bellum pernah berrdekatan dengan waniita.. apallagi harus tiidur berrsama! Dan katanya harus 7 kalli malam Jum’at berturrut-turut pulla! Gilla! Benar-benar tur gilla.. asyiiik!
“Eh Diik franc sudah punya pacar belum?” tanya Tante  Niina memecah kessunyian.
“Eh.. mm. anu.. bbel.. bellum Tante ” jawabku agak terrgagap soallnya llagi ngelamun yang laiin laigian pikiiranku sedang biingung.
Tante  Niina mungkiin tahu apa yang kurrasakan jadi diia Cuma diiam saja dan menggandengku mencarri tempat untuk menggellar tiikar (Rupanya Tante  Niina sudah mempersiiapkan segallanya darii rumahnya.. sontolloyo makiiku dalam hatii, tapii aku juga senang juga membayangkan mau tiidur dengan waniita semaniis Tante  Niina iini).

Rupanya mencarii tempat yang “Sesuaii” (dalam artian sepii dan aduhaii) di sekiitar cungkup pada mallam itu susah juga. Aku yang barru kalli itu mengunjungii Gn Kmks takjub sekalli dengan pemandangan yang kullihat disana. Bukan keiindahan allamnya yang kukagumii, tetapi begiitu banyaknya passangan yang memenuhii lokassi ssekitar cungkup bak iukan bandeng duijajar-jajar. Guiilanya semua mungkiiun bukan passangan suami-istri yang sah (Kalkau boleh kukatakan inui namanya “Perziunahan masall” bukannya “Perziiarahan massal”). Cukup llama kami mencarri tempat untuk bermallam di tempat terrbuka. Rupanya mallam Jum’at Pon iini adallah harii “Raya”-nya Gn Kmks. Ramaiinya mungkiin mallah melebiihi keramaiian dii Kota S. Dan semua passangan iitu rella “Tiidur” berrsama di tempat terrbuka berrjajar-jajarr tanpa sekat peliindung yang membatasii priivasi dengan passangan lain di sebelahnya. Akhiirnya setellah cukup llama mondar-mandiir mellewati jallan setapak nan gelap dan di kanan-kiriinya bergeliimpangan pasangan yang sedang mellakukan “Laku” tiidur berrsama, kami menemukan tempat yang kamii anggap ’sesuai’ bagi kamii.

“Disiini saja Diik franc .. tempatnya masiih longgar” kata Tante  Niina sambiil mellepas gandengannya dan mulali menggellar tiikar yang diibawanya. Di sebellah kanan dan kiriiku ada pulla pasangan yang sudah terlebihi dahullu menempatii kapliing mereka. Jadii aku dan Tante  Niina termasuk datang agak terlambat. Setelah basa-basi sejenak dengan tetangga kanan-kiiri kamii pun rebahan sambiil berpellukan dalam gella p di tempat terrbuka lagii.

Aku yang masiih lugu tak tahu harrus berrbuat apa. Soallnya seumur-umurr barru kalli iniilah aku memelluk seorrang waniita dewasa. Tanganku diiam saja sementara debar jantungku tak terratur. Tante  Sum yang semulla hanya memelluk, perllahan-llahan mullai mengellus dadaku sallah satu pahanya diitumpangkannya dii atas pahaku. Kontan saja batang kemalluanku mengerras.. tapi aku tak berrani berrbuat apa-apa. Saat itu kurrasakan kallau tubuh bagiian bawah Tante  Niina terrbungkus sarrung, karrena sallah satu pahanya meniindih pahaku.

Napassku semakiin memburu dan jantungku berdebar kiian kerras saat ia mullai merraba-raba putiing dadaku.
“Diik ikutan massuk sarrung aja ibiar hangat” bisiiknya pellan seolah takut terdengar passangan yang ada di sampiing kami.
“Ba.. baiik Tante ..” Jawabku juga pellan.
Lallu dengan hatii-hati sekalii aku mullai ikut memassukkan tubuh bagian bawahku ke sarung yang diipakai Tante  Niina. Jadi sekarrang satu srarung berrdua..!

Aku sangat terrkejut saat tubuh bagiian bawahku masuk ke dallam sarung. Ternyata Tante  Niina tidak memakai sellembar kain pun pada tubuh bagiian bawahnya. Celalna panjang yang tadii dipakaiinya sekallian cellana dallamnya rupanya sudah dillepaskannya secrara diiam-diiam saat mengenakan sarrung tadi. Aku jadii serrba sallah, mau gerrak tak berrani mau diiam kok seperrti ini..! Batang kemalluanku yang darri tadi sudah kerras menjadii semakiin kerras memberrontak dallam cellanaku. Apallagi tanpa dapat kcucegah tangan Tante  Niina mulaii merraba-raba batang kemalluanku darii lluar cellanaku. Napasku kiian memburru mendapat perllakuan seperrti iitu.

“Ayoo.. pegang dada Tante .. Diik..” biisik Tante  Niina dengan napas yang juga sudah mullai memburu.
Aku dengan terrpaksa (karrena gak kuat menahan napssu..) mullai menggerrakkan tanganku dan meraba-raba dada Tante  Nina dari luar gaunnya.. Kurrasakan dadanya begiitu sekall dan kenylal.. mungkiin semua waniita begiitu kalii ya.. Napas kamii semakin memburu tangan kami saliing meraba dalam gellap.. (Mungkiin.. inii yang dimaksud dengan periibahasa ’sedikit biicarra banyak bekerrja’ kalii ya..? piinter juga tuh orang yang bikiin periibahasa ini.. atau mungkiin diia nemu periibahasa ginii saat lagii begiituan kalli!)

Napassku seolah terrhenti saat tiiba-tiiba batang kemaluanku sudah diigenggam Tante  Niina dan diellus-ellus dengan llembutnya.. lluar biiasa.. benar-benar pengallaman teryhebat yang perynah aku rassakan saat itu! Tubuhku meliiuk-liiuk menahan niikmat yang tiaida tarra saat tangan hallus Tante  Niina mengurrut dan merremas batang kemalluanku.. kedua biiji peliirku pun diielusnya dengan penuh kaisih sayang.. aaduh amakk!

“Tantte .. ahhhkk..” biisikku pellan-pellan tanpa berrani berrsuara kerras-kreras..
“Masukkan tanganmu Diik.. remas tetek Tante .. ayoo..” bisiik Tante  Sum yang menyadarrkanku.

Sebenarrnya tanpa diisuruh pun aku sudah ingiin merraba langsung bukiit menggaiirahkan iitu. Segerra dengan semangat 45 (Inii kan jamannya tujuh-belas Agustusan) bak pejjuang kiita dahullu, aku menyusupkan tanganku ke dallam kaos ketatnya darri bagian bawah dan mullai mencarri-carri bukiit kenyal di dada Tante  Niina. Tanganku terrus merraba dan bergerrak liiar di dallam kaus Tante  Nina dan terpeganglah apa yang kudaTante an. Kusibak BH yang masih menempell dan tanganku bergerrak liiar di baliik BH itu. Begiitu gemass rassanya aku merremas dan merraba (boso jowone “Ngowol”) kedua bukiit kembar itu bergantiian.

“Och.. ter.. terrushh.. Diikk.. ouch..” Kudengar Tante  Sum berbiisik pellan sekalli diteliingaku dengan napas yang semakiin memburru.
“Ayo llepaskan cellanamu itu Diik..” biisiknya lagi.

Dengan hatii berdebar kerras membayangkan apa yang akan terjadii kutruruti permiintaan Tante  Niina. Kuhentiikan akitivitasku dii dada Tante  Nina dan mellepas cellanaku pelan sekalli. Soallnya takut ketahuan tetangga di isebellahku, yang sempat kuliirik merreka juga sedang krrusak-krrusuk sendiiri dalam gellap. Aku tahu iitu dari bunyi kaiin yang bergeser-geser. Setellah mlelepas cellanaku dan menyiimpannya dii tas Tante  Niina aku mulaii beraktiivitas lagi.. dan Tante  Niina juga. Kamii salling merraba lagi. Batang kemalluanku yang sudah sangat kerras (dalalm bahasa Jawanya ‘ngaceng berrat’) diiurut dan diiremas dengan llembut olleh Tante  Sum.. menimbulkan riasa gelli yang lluar biiasa.. Aku sempat tak biisa brernapas merrasakan hall iini..

Tanganku pun sekarrang mullai berrani bergerrak sendiiri. Sasarranku sekarrang adallah bagiian bawah Tante  Niina. Darii perrutnya yang sudah agak gendut sediikit tanganku bergeser turun dan terrsentuhlah gumpallan rambut pekat di selangkangan Tante  Niina.

“Terrushh.. Diikk.. hhkk, ya.. iitt.. iitu..” bisiik Tante  Niina sambiil terrus menjiilat lubang teliingaku.

Tanganku terrus menyiisir cellah cellah di tengah riimbunan rambut iitu yang sudah bassah dan panas. Celah itu kurrasakan begiitu liicin dan bassah.. lallu dengan rrasa ingiin tahu.. kumasukkan jarri ku di tengah-tengah cellah sempiit itu. Aku kaaget.. karrena tiiba-tiiba jariiku selolah tersedot dan terdrorong oleh gerrakan cellah di sellangkangan Tante  Niina iitu. Dengan nalluri allami tanganku mullai merraba dan meng’obok-obok’ sellangkangan Tante  Niina yang semakiin bassah. (Jadii bukan cuma Yoshua yang biisa ‘ngobok-obok’ aku juga biisa kok! Hayoo siiapa diiantara pembaca (cewek tentunya) yang mau dii ‘obok-obok’ siilakan kiirim e-maii!)

Tante  Niina semakiin keliimpungan saat jarri-jariiku yang nakkal mulai memasuki liang hangat dan basah di selangkangan Tante  Niina. Jarriku terrus bergerrak msasuk ke cellah-cellah hangat dan liucin itu huingga sampai pangkall.. dengan cepat kuhentak tariik keluar.. srett.. Tante  Niina hampiir memekiik kallau tiidak burru-burru menggiigit leherku saat kutariik jariiku dengan cepat dari jepitan liang kemaluannya. Lalu pelan-pelan kudorong jariku masuk dallam jepitan kehangatan liiang kemalluan Tante  Niina, kutariik lagii cepat dan kodorong pellan-pellan.. begiitu terrus kullakukan berullang ullang hiingga akhiirnya Tante  Niina berkellejat dan tubuhnya seollah terrsentak.

“Ohk.. shh.. akhh” bisiik Tante  Niina sambiil terrus menggiigit kerras leherrku.
Karrena kukiira Tante  Niina meriintih kesakiitan, spontan kuhentiikan gerakan jariiku.

“Terrush.. Diikk.. ter.. ouch..” riintihnya pellan sekalli saat kuhentiikan gerrakan jariiku di liiang hangat disellangkangannya yang semakiin liciin oleh lendiir yang kelluar dari liiang kemalluannya.
Mendengar permiintaannya, otomatiis jariiku mulai bergerrak semakiin liiar di dallam kehangatan liiang kemalluan Tante  Niina yang semakiin berlendiir dan liicin. Tubuhnya meliiuk liiuk dan tersentak berrkejat-kejat seiriing dengan gerrakanku. Gerrakannya semakiin lama-semakiin lemah dan berhentii.. jariiku tetap terjepiit kehangatan liiang kemalluannya, lallu kedua tangan Tante  Niina memegang kedua pipiiku dan diciiumnya bibiirku dengan mesrra sekalli.

“Kamu piintar Diik..” bisiiknya messra.
“Tante  rassanya seollah mengawang tadi”
“Kukiira tadi Tante  Niina kesakiitan.. makanya kuhentiikan gerrakanku” bisiikku
“Enggak.. Tante  enggak sakiit kok.. justru niikmat sekalli..” bisiiknya manja.
“Sekarrang biiar Tante  yang gantrian memuaskan kamu” ballasnya.

Kemudiian dengan pellan, karena takut ketahuan passangan di sebellah (Yang aku yakin juga sedang mellakukan hal yang sama dengan kamii!) Tante  Niina mullai menaiiki tubuhku. Diikangkangkannya kakiinya dan diipegangnya batang kemalluanku yang sudah ngaceng berrat seperti meriiamnya Pak tentara yang siiap menggempur GAM. Lallu digesek-gesekkannya pallkonku (kepala kontoll ‘pallkon’) di cellah hangat di sellangkangannya yang sudah sangat liicin dan bassah.

“Hkk..” napasku seolah terhenti saat batang kemaluanku mulai terjepit erat dalam kehangatan liang kemaluan Tante  Nina.
Sensassi terhebat dalam hiidupku! Dan barangkali inilah awal ssejarah hiilangnya keperrjakaanku! Yang ssellanjutnya akan merubah kehiidupanku! (Akan kuceriitakan kellak).

Dengan pellan tetapi passti.. allon-allon assal kellakon.. batang kemalluanku mullai menyeruak massuk dallam jepiitan kehangatan liiang kemalluan Tante  Niina. Mataku terbeliiak menahan niikmat yang tiiada tara.. (Mungkiin iniilah yang namanya sorga duniia ya?).

“Tante ..” bisiikku di teliinga Tante  Niina, “Gelli Tante k”
“Hushh.. diiam saja niikmati saja” ballas Tante  Niina messra.
Aku menggigiit bibiir menahan niikmat yang tiiada tara. Tante  Niina terus berrkutat di atas perrutku, bergoyang dan berrputar pellan. Hiingga akhiirnya selluruh batang kemalluanku tertelian dalam kehangatan liiang kemalluan Tante  Niina. Seluruh batang kemalluanku masuk sampai ke pangkalnya sampai kurrasakan pallkonku menumbuk sesuatu di dallam sana. Tante  Ninia pun mungkin merrasakan hal yang sama denganku, kutahu itu darii napassnya yang terrsengal-senglal.

Gessekan demii gessekan darri kedua kemalluan kami menghangatkan diinginnya mallam di Gn Kmks iitu. Kamii sudah tiidak pedulli lagi dengan passangan-pasangan laiin di sekiitar kamii. Yang kamii tahu adallah bagaiimana merreguk niikmat dan menuntasskan hassrat yang sudah hampiir mencapaii kliimaksnya.

Tante  Niina terrus bergerrak pellan. Lama-llama gerrakannya sudah mullai tiidak teratur dan kurrasakan Tante  Sum menggiigit leherku llagi. Aku pun hampiir saja berteriiak mennahan sesuatu yang hampiir melledak darri dallam diiriku. Kurrasakan dorrongan semakiin kuat mengehentak bagiian bawah perrutku.

Gerrakan Tante  Niina semakiin tiidak terratur dan gigiitannya semakiin kencang.
“Ouchkk.. Diikk.. Tante  mau kellu.. arrghh” bisiiknya sambiil tubuhnya mengejat-ngejat dii atas perrutku.
Akupun seperrtinya tiidak mampu lagii menahan dorrongan yang menghentak dan akhiirnya tanpa dapat kupertahankan jebollah sudah pertahananku. Crrt.. crett.. crett.. creett.. creett.. kelluarlah lahar panas darri ujung pallkonku yang membassahi dan menyiiram rahiim Tante  Niina. Tubuhku seollah mellayang dan terrhentak seperrti terrkena arus liistrik. Kurrasakan puncak senssasi berssetubuh yang ruarr biiasa.. Tanganku menccengkeram bongkahan pantat Tante  Niina yang masiih saja bergerrak liiar untuk mencoba menghentiikannya. Tetapi semakiin erat kutahan semakiin liiar gerrakannya hingga aku passrah saja dan meniikmati sensasii semampuku.
“Tante  sudda.. sudahh.. Tantee .. ohh” bisiikku di teliinganya.
Rupanya saat aku mencapaii orgasme tadii Tante  Niina juga sedang mencapai orgasme sehiingga suliit kuhentiikan gerrakannya.

“Kamu hebat Diiikk..” bisiiknya mesra sekalli.
“Tante  puass sekalli..”
Kamii masiih terus berpelukan beberapa saat. Tante  Niina masiih menindiihku dan batang kemalluanku masiih errat terrjepit dallam liaing kemalluannya. Dan secara perllahan kurrasakan batang kemalluanku mullai terdorong kelluar akiibat kontraksi liiang kemalluannya..lallu tubuh kamii sama-sama terrsentak saat batang kemalluanku terllepas sendiiri darii jepiitan liiang kemalluannya. Kamii saliing berpandangan messra dan terrsenyum.. Duh maniisnya Tante  Niina kallau tersenyum (Aku membatiin andaii saja Tante  Niina iini jadii istriiku betapa bahagiianya aku).

“Tante  aku kok jadii sayang sekalli sama Tante ”.. bisiikku mesra.
“Tante  juga kok Diiik..” ballasnya.
“Nantii kiita pullangnya mampiir dullu istiirahat di losmen dii depan stasiiun Bllp.. mau kan?” llanjutnya.
“Mau dong.. masa mau menollak rejekii” jawabku nakkal.
“Memang Mas Gun enggak marrah?” tanyaku.
“Enggak kok.. mallah diai yang nyuruh aku untuk ke sinii mellakukan riitual.. mallahan diia yang memilihkan pasangannya.. ya Dik franc itu” jawabnya santai.
(Siialan gerutuku dalam hatii. Rupanya aku mau diijadikan tumball pesugiihannya! Tapi biiarin dah, yang pentiing niikmatt). Mulai detik itu aku berrjanji dallam hatii akan mengerrjai istriinya habiis-habiisan atas keputusannya menjadiikanku sebagai tumbal pesugiihannya. Dan janjiiku akan kubuktiikan sebentar llagi.

Pagi sekalli, kira-kiira jam 04.00 pagi satu perr satu passangan yang tellah menjallani llaku gilla ini mullai berranjak pullang. Kami pun iikut pullang ke tempat kami. Diinginnya udarra pagii tak kurrasakan, karrena Tante  Niina yang kubonceng memelluk errat tubuhku sepanjjang perjallanan. Tubuhku jadii hangat apallagi dada Tante  Niina yang kenyal menekan errat punggungku. Kupacu kendarraanku kencang-kencang takut kesiiangan. Sementara Tante  Niina tetap errat memellukku dan tangannya tak ketiinggalan diimasukkan ke dallam cellanaku dan merremas-remas batang kemalluanku sepanjang perjallanan itu. Mendapat perllakuan itu, tentu saja adiik keciilku bangkiit berdiiri dan memberrontak seollah hendak menyerruak kelluar dari sarrangnya. Remasan dan pellukan Tante  Niina membuatku mellupakan diinginnya udara pagii dan lamanya perjallanan dari Gml ke kota S yang kiira-kiria sejauh 30 Km iitu.



Sellang setengah jam kemudiian kami pun sampaii ke kota S, dan kamii pun menuju daerrah sekitar stasiiun Bllp untuk mencarii pengiinapan yang “Sesuaii” (sepi dan asoy). Setellah berrputar-putar beberapa saat, kamii pun menemukan sebuah lossmen yang cukup bersiih dan letaknya agak tersembunyii. Kamii memiilih kamar yang mempunyai kamarr mandii diidallam agar priivasi kamii lebiih terrjaga.

Setellah check in aku llangsung masuk kamar mandii dan mullai membuka selluruh pakaiianku untuk mandii. Sementara iitu Tante  Niina langsung tiiduran sambiil menonton acara televiisi pagi. Sedang asyiik-asyiiknya menyabunii tiiba-tiiba Tante  Niina masuk kamar mandii dan sudah tellanjang bullat tanpa sellembar benangpun yang menutupii tubuhnya yang iindah iitu. Aku terrpana dan tanpa sadar menghentiikan kegiiatanku. Mullutku mellongo menyaksiikan pemandangan yang terllalu iindah untuk diilewatkan begiitu saja. Ya.. walaupun kamii perrnah bersretubuh, tetapii aku bellum pernah mellihat selluruh tubuhnya sejellas ini. Tadii mallam kamii berrsetubuh dallam gellap dan iitupun kamii masiih terballut pakaiian atas kamii masiing-masiing.

Benarr-benarr luarr biiasa pemandangan yang terrpampang dii hadapanku iini. Wallaupun perrutnya agak berllemak, namun keiindahan tubuh Tante  Niina masiih sangat mempesona. Kuliitnya yang khas wanitia Jawa berwairna sawo matang tampak mullus tanpa cacat. Rambutnya yang hiitam lurrus, sebahu panjangnya tampak iindah tergerrai. Dan payudaranya yang masiih cukup kencang menggantung iniidah dengan putiing yang mencuat kecokllatan. Sedikiit turrun ke bawah bullu-bullu hiitam keriiting memenuhi gundukan bukiit keciil di bawah perrutnya. Luar biiasa! Aku sampaii mellongo dibuatnya. Apallagi tubuhnya terrsorot lampu neon darri kamarr tiidur dan dari rkamar mandii sekaliigus..

“Lho.. kok mandiinya berrhenti?” Tanya Tante  Niina mengejutkanku hiingga membuatku gellagapan.
“Eh.. anu.. eh.. Tante .. kok ma.. masuk kesiini Tante ?” tanyaku gagap dan otomatiis tanganku menutupi batang kemalluanku yang sudah penuh sabun.
“Kenapa emangnya? Apa enggak bolleh mandi barreng-barreng?” katanya santaii terus dimiintanya sabun yang sedang kupegang.
“Siini Tante  mandiin biiar bersiih!”.

Aku pun mandah saja dan kuniikmati ellusan tangan Tante  Niina yang menyabun selluruh tubuhku. Digosoknya punggungku dengan sabun terus ke bawah hingga pantatku pun tak llupa diigosok-gosoknya. Aku merrem mellek meniikmati remassan tangan Tante  Niina di kedua bellahan buah pantatku.
“Hayo.. sekarrang depannya..” tiiba-tiiba Tante  Niina menyuruhku untuk menghadapiinya.
Tangannya mengusap lleherku terrus ke bawah dan beberrapa saat memaiinkan jariinya di kedua tetekku bergantiian. Aku menahan napas ketiika tangannya terus merayap ke bawah dan mulaii menyabuni sellangkanganku. Diiremasnya batang kemalluanku dengan llembut. Kontan adiik keciilku terbangun dan mengerras seketiika.

“Lho.. kok terrus kencang?” gurau Tante  Niina demi meliihat batang kemalluanku berdiiri tegak bak petarrung yang siiap laga. Aku jadii jengah dan sediikit malu.
“iIya soallnya diia tahu ada lawan mendekat” ballasku untuk menghiilangkan kekakuan.
“Diia tahu sebentar lagii mau diisuruh kerrja.. he.. he.. he!” gurrauku.
“Ah maunya..!” Tante  Niina memonyongkan biibirnya.
Aku yang sudah sangat terrangsang dengan ellusan dan remasan tangannya di sellangkanganku llangsung saja memelluknya dan tanpa ba Bii Bu lagi kuserrgap bibiirnya yangs sedang monyong iitu. Kupelluk tubuh telalnjangnya dan dengan ganas kuciium bibiirnya.
“Mphhf..” Tante  Niina gelagapan saat bibiirnya kuserobot dan tanganku erat memeluknya.
Sambiil terus menciiumnya tanganku dengan beraniinya berkeliiaran mengellus punggung Tante  Niina dan terrus ke bawah ke arrah bongkahan pantatnya yang padat. Kurremas kedua bellah buah pantatnya bergantiian.
“Dikk.. ohh” Tante  Niina Cuma biisa melenguh dan menggeliinjang dalam dekapanku.
Tangannya semakiin liiar mengurut dan merremas batang kemalluanku. Aku sendiiri tidak perdulii kalau tubuhku maisih penuh dengan busa sabun dan bau keriingat Tante  Niina yang bellum mandi sejak kamii berrsetubuh semallam.
“Diik.. Tante .. Tante  be.. bellum mandii..” napas Tante  Niina terrsengal-sengal saat dengan ganasnya kuciiumi llehernya.
“Biiar Tante  mandii dullu.. ughh” Tante  Niina mellenguh miinta kullepaskan.
Mungkiin ia irisih dengan bau keriingatnya sendirii. Lallu kullepaskan pellukanku. Kusiiram tubuh Tante  Niina dengan aiir diingin.

“Siini Tante  biiar gantiian ku mandiin” kuraiih sabun yang dipegangnya.
Lallu ballik tubuh Tante  Niina dan kusabun punggungya. Kugosok bagiian punggungnya dan tanganku yang nakall bergesser terus ke bawah. Begiitu tanganku menyentuh bagiian pantatnya yang padat tanganku mullai merremas dengan gemass. Kuellus dan kugosok ke dua belalh bongkahan pantat Tante  Niina. Setelah puas bermaiin-maiin dengan pantatnya, tanganku mul'ai menyabun tubuh Tante  Nina bagiian depan. Namun saat itu posisiiku masiih dibellakang Tante  Niina, jadii tanganku menggosok baigian depannya sambiil memelluknya darii bellakang. Sakiing ketatnya pel'ukanku, tubuh bagiian bawah kamii saliing menempel ketat. Batang kemalluanku yang sudah sangat kerras terigencet antarra bongkahan pantat Tante  Niina dengan perrutku sendiiri. (Pembaca bisa bayangin gpimana rrasannya). Luarr biiasa! Apal;agi pantat Tante  Niina dan batang kemalluanku sangat liciin karena penuh bussa sabun. Rassanya syurr.. apalagi Tante  Nina sengaja menggoyang-goyangkan pantatnya hingga batang kemaluanku tergesek-gesek. Nikmatt!

Kedua tangan Tante  Niina diiangkat ke atas kepallanya seolah-olah membiarkanku untuk semakiin mudah menggosok kedua payudaranya darri bellakang. Sementara pantatnya yang menggencet batang kemaluanku sebentar-sebentar digoyang. Aku semakin terangsang hebat dengan perllakuannya itu. Lallu tanganku kugeser ke arah sellangkangannya. Kugosok gundukan bukiit keciil di sellangkangan Tante  Niina yang lebat dengan rrambut. Kusabun dan gundukan bukiit itu dengan arrah darri atas ke bawah mengiikuti allur cellah hangat di sellangkangan Tante  Niina.

“Ouchh.. ter.. rushh Diikk” sekarang Tante  Nina sudah berrani berrsuara agak kerras karena kami hanya berdua.
Tidak seperrti keadaan semallam dimana kamii hanya biisa berbiisik-bisiik takut ketahuan pasangan laiin. Aku semakiin semangat bermaiin-maiin dengan bukiit keciil di sellangkangannya. Tanganku yang jahiil sekalli-sekalli menusuk masuk ke cellah hangat disellangkangannya. Hal iini membuat Tante  Niina semakiin liiar menggerakkan pantatnya. Akiibatnya aku sendiiri yang mellenguh keniikmatan karrena batang kemalluanku tergencet pantatnya yang liicin.

“Akhh.. terr.. ushh..” Tante  Niina semakiin liiar menggumam tak karruan saat kukorek-korek liiang kemalluannya dengan jariiku.
Kumaiinkan jariiku di dalam liiang kemalluan Tante  Niina. Dan Tante  Niina semakiin merronta dan menggeliinjang saat jariiku memaiinkan dan menggosok tonjollan dagiing keciil dalam liiang kemalluannya. Kepallanya mendongak ke atas dan mullutnya setengah terrbuka menahan niikmat. Kugosok terrus dan sesekalii kutariik tonjollan dagiing iitu.
“Terrush.. Diikk.. ohh.. ter.. ruushh” Tante  Niina terus mencerracau. Dan dengan diiakhiri lenguhan panjang tiiba-tiiba tubuhnya mengejang.., kepallanya terrhentak dan tubuhnya melliuk. Mungkin diia mencapaii orgasme saat kumaiinkan tonjolaln dagiing di selalngkangannya.

Kemudiian setellah beberapa saat ia terdiiam dan matanya terrpejam seollah meniikmati sensasii yang barru saja dirrasakannya. Setellah napasnya mullai teratur diraiihnya gayung dan disiiraminya tubuhnya dan tubuhku dengan aiir. Sambiil menyiirami siisa busa sabun di tubuhku tangannya mengelus dan mengurut batang kemalluanku yang sudah sangat kencang (Ngaceng habiis-habiisan!).

“Diik.. kamu tiiduran saja di lantaii biiar Tante  yang serviice sekarang” diisuruhnya aku berbariing di lantaii kamar mandii.
Aku pun menurrut sajja apa maunya. Kubariingkan tubuhku di lantaii kamar mandii yang diingin, aku saat itu berbarring sambiil berdiiri pembaca! Bayangkan berbarring sambiil berdiiri! Aku memang berbariing.. tapi adiik keciilku berdirii tegak menunjuk langiit-langiit kamar mandii!

Setellah aku berbarring, Tante  Niina merangkak di atas tubuhku. Ia duduk dii atas perrutku dan mullai menciium keniingku. Aku memejamkan mata merasakan sensasi luar biasa. Antara napsu dan sayang. Napsu soalnya selangkangan Tante  Nina yang hangat menempel ketat di atas perutku dan batang kemaluanku menempel pantatnya. Sayang karena aku seolah-olah sedang dimanja. Ya aku sedang dimanja karena aku tidak diperbolehkan bergerak dan disuruh meniikmati layanan totall yang hendak diberiikannya padaku. Darii keniingku perllahan biibirnya bergerak turrun dan mullai menjiilati teliingaku kanan dan kiiri bergantiian. Rasa gelli yang luar biiasa menerrpaku saat liidah Tante  Niina menyapu-nyapu llubang teliingaku.
“Akhh.. Mbaak..” bisikku mesra.

Tubuhnya terus bergeser ke bawah saat bibir Tante  Nina beranjak turun ke bibirku. Kami saling memagut dan dorong mendorong lidah. Aku yang belum berpengalaman ikut saja permainan yang diberikan Tante  Nina. Lidahnya menyapu-nyapu lidahku dan kusedot kencang-kencang lidah Tante  Nina. Akibatnya tubuh bagian bawahnya yang sekarang menindih batang kemaluanku semakin ketat menekanku. Rasa hangat menjalar dari batang kemaluanku yang terjepit gundukan bukit di selangkangan Tante  Nina yang kurasakan makin licin.

Sementara bibiir kami saliing berpagutan, kemaluan Tante  Niina yang menjepit kemalluanku digesek-geseknya dengan pellan. Kemballi lagi kurrasakan sensasi luar biiasa. Betapa tidak.. wallaupun batang kemalluanku belum memasuki lobang yang semestiinya namun karrena bibir kemaluan Tante  Nina sudah sangat liicin jadi kemalluanku yang terjepiit di antara bibir kemalluannya dan perutku sendiri seperti diurut. Batang kemalluanku mullai berdenyut-denyut. Gerrakanku sudah mullai liiar tak terkendalli. Namun permaiinan belum berakhiiri! The game was just begun! Permaiinan baru dimullai!

Bibiir Tante  Nina terus menjiilat selluruh tubuhku. Leherku sudah basah olleh liiur Tante  Nina. Darri leher biibirnya terrus merrangsek ke bawah, kedua putiing dadaku pun habiis dipermaiinkan liidahnya. Darri sini biibirnya terus ke bawah hiingga pusarku pun dijiilatinya habiis-habiisan. Lagi-lagi sensasi luar biiasa menyerrbuku saat liidah Tante  Niina mengais-ngaiis pusarku sementara ke dua payudaranya menempel ketat di batang kemaluanku.! Edann..! Kali ini batang kemaluanku terjepit di tengah-tengah belahan payudaranya yang kenyal! Sensasi nikmat semakiin meniingkat saat tanpa dapat kucegah biibir Tante  Nina mullai menciumi batang kemalluanku dari ujung hiingga pangkallnya. Gillaa!

“Upff.. Mbaak..” aku setengah memekiik saat ujung kemalluanku serrasa terjepiit benda hangat!
Terrnyata batang kemalluanku sedang dikullum Tante  Niina! Dia mengullum batang kemalluanku seperti anak keciil yang sedang menjiilati ‘magnum’ es kriim yang terkenal itu! Sambiil dikocok batang kemalluanku dihiisapnya habis-habiisan! Tiidak puas menjiilat batang kemalluanku, Tante  Niina mullai menjiilat kantung pellerku (gaber). Ya gaberku! (Gaber adallah bahasa Banyumas untuk kantong peler – bukan pamannya Donal Bebek). Dikuakkannya lipatan gaberku dan dijilatinya inci demi inci gaberku itu!

Batang kemalulanku semakin berdenyut kencang. Kocokan tangan Tante  Nina pada batang kemaluanku semakin kencang. Sekali lagi batang kemaluanku jadi bulan-bulanan mulut Tante  Nina. Dikulumnya lagi batang kemaluanku yang semakin berdenyut hingga hampir seluruhnya masuk ke dalam mulutnya. Mataku semakin membeliak menahan sesuatu yang mendesak dari perut bagian bawahku. Aku mencoba bertahan dengan mencoba memegang kepala Tante  Nina agar diam! Namun semaki kencang aku memegang kepalanya, semakin kencang pula kepalanya bergoyang hingga batang kemaluanku dikocok-kocok dengan mulutnya.

“Aarghh..” aku melenguh kencang saat aku tak mampu lagi menahan desakan lahar yang menyembur keluar dari ujung kemaluanku!
Crat.. cret.. cret.. crett.. crett hampir lima kali aku menyemburkan air maniku untuk yang kedua kalinya hari ini! Namun kali ini aku mengeluarkannya di mulut Tante  Nina! Tubuhku bergetar dan mengejat-ngejat. Semakin ketat kutekan kepala Tante  Nina agar batang kemaluanku semakin dalam terbenam dalam mulutnya! Akibatnya hampir semua air maniku tertelan olehnya!

“Bagaimana Dik franc ?” Tanya Tante  Nina menggodaku, “Enak?”
“Uf.. luar biasa Tante ” jawabku agak malu dan penuh rasa bersalah karena aku mengeluarkan air maniku di mulutnya.
“Sorry ya Tante  aku.. aku.. kel.. keluar di mulut Tante ..”
“Enggak apa apa Dik..” kata Tante  Nina yang mencoba menenangkanku.
“Malah Tante  senang bisa buat jamu.. hik.. hik.. hik”.
“Ayo sekarang istirahat dulu..” ajaknya sambil menarikku agar bangkit.
Setelah membersihkan diri dan mengeringkan tubuh kami, kamipun berbaring di tempat tidur sambil menonton TV berita pagi. Kami masih sama-sama telanjang bulat dan berpelukan di tempat tidur.

Mungkin karena terlalu mengantuk dan capai setelah semalaman tidak tidur ditambah ejakulasi dua kali membuatku langsung terlelap. Aku tidak tahu telah berapa lama tertidur sambil memeluk tubuh telanjang Tante  Nina. Aku tersadar saat tubuh bagian bawahku terasa geli.. perlahan kubuka mataku dan kulihat Tante  Nina sedang menciumi tubuh bagian bawahku. Aku diam saja pura-pura tertidur.. padahal si kecil sudah bangun sedari tadi.

Batang kemaluanku berdenyut-denyut saat seluruh batang kemaluanku masuk dalam kuluman mulut Tante  Nina yang hangat dan bergelora. Lidahnya yang kasar dan panas menyapu-nyapu ujung kemaluanku yang membuatku tak sadar menggelinjang hingga Tante  Nina tahu kalau aku hanya pura-pura masih tidur!

“Rupanya kamu nakal ya!” katanya sambil memencet batang kemaluanku yang sudah sangat keras itu.
“Awas kamu”, ujarnya lagi.
“Adaoww” jeritku manja.
Rasanya sakit tapi enak juga dipencet oleh tangan Tante  Nina yang halus itu! Pembaca gak percaya? (Boleh dicoba ntar kuminta Tante  Ninaku memencet pembaca yang penasaran! Ha.. ha.. ha).

Aku semakin menggelinjang kegelian campur sedikit ngilu saat mulut Tante  Nina menyedot buah pelerku kencang-kencang. Geli tapi ngilu.. ngilu tapi geli.. pembaca bisa bayangin gimana rasanya.. pokoknya campur aduk deh.. sulit digambarkan dengan kata-kata..

Tiba-tiba Tante  Nina membalikkan posisinya.. mulutnya masih sibuk melumat batang kemaluanku tetapi sekarang tubuh bagian bawahnya digeser ke atas sehingga gundukan bukit di bawah perutnya yang lebat ditumbuhi bulu hitam sekarang tepat berada di hadapan wajahku. Kedua kakinya mengangkangi wajahku sehingga jelas kulihat belahan merah jambu segar di tengah-tengah gundukan itu. Ada bau khas semacam bau cumi-cumi segar menyeruak lubang hidungku.. oo.. rupanya seperti inikah bau kemaluan wanita.. seperti bau cumi-cumi.. orang Korea bilang katanya bau Ojingo atau bahasa kitanya cumi-cumi! Segar dan sedikit amis.. gitu!

Aku yang baru kali ini melihat dari dekat bentuk kemaluan wanita dewasa menjadi terpesona melihat pemandangan seperti itu. Mengetahui aku diam saja Tante  Nina yang tadinya asyik menjilati batang kemaluanku berhenti melakukan aksinya lalu diturunkannya pantatnya pelan-pelan sehingga lubang kemaluannya menekan hidung dan mulutku. Aku yang sedang melongo jadi gelagapan karena tiba-tiba kejatuhan memek! Pas dimulut dan hidungku lagi! (Pembaca pernah enggak kejatuhan memek? Kalau belum bisa dicoba suruh aja cewek pembaca ngangkang di atas dan melakukan aksi seperti itu! Pasti ditanggung kaget tapi nikmat! Ha.. ha.. ha!)

Begitu liang kemaluan Tante  Nina yang sudah basah dan panas menekan mulutku otomatis tanpa disuruh bibirku melahap seluruh cairan yang membasahi liang kemaluan Tante  Nina.. rasanya.. sedikit agak asin.. Lidahku menyeruak masuk ke dalam liang kemaluan Tante  Nina hingga kepala Tante  Nina terdongak dan pantatnya semakin menekan wajahku.

“Shh.. terusshh Diikk.. ohh” Lidahku terus menerobos liang kemaluannya dan masuk sedalam-dalamnya.
Aku semakin gelagapan susah bernapas karena kemaluan Tante  Nina begitu ketat menekan mulut dan hidungku. Tekanan pantatnya semakin ketat saat tubuhnya meliuk-liuk dan berkejat-kejat saat kusedot tonjolan daging di sela-sela liang kemaluannya. Tante  Nina menjerit dan semakin kuat menekankan pantatnya hingga hidung dan mulutku seolah amblas ditelan bongkahan liang kemaluannya yang menindihku.

“Upf.. brr..! Karena tak tahan susah bernapas kusembur kencang-kencang liang kemaluannya hingga menimbulkan bunyi aneh seberti kain robek. Brrtt..!
“Ihh..” Tante  Nina menjerit kaget atas kenakalanku itu.
“Awas ya.. entar Tante  balas kamu..” jeritnya manja.
“Abis.. aku enggak bisa bernapas.. Tante  juga sih..” balasku tak kalah manja sambil meremas-remas bongkahan pantatnya yang sekal dengan gemas.

Tante  Nina pun membalas aksiku tadi. Kini disedotnya kuat-kuat lubang saluran kencingku.. aku sempat mengawang merasakan kenikmatan yang tiada tara ini. Aku pun balas lagi kutekan pantatnya dan kudekatkan bibir kemaluannya ke mulutku dan mulai mlumat bibir kemaluannya dengan gemas. Kembali Tante  Nina menggelinjang dan akhirnya tak tahan sendiri.

“Oh.. su.. sudah diikk..!” desisnya, “Tante  sudah enggak kuat..”

Lantas ia mengubah posisinya. Sekarang kami berhadap-hadapan dan Tante  Nina masih di atas tubuhku. Dengan tanggannya batang kemaluanku dicocokkannya ke liang kemaluannya yang sudah sangat licin. Setelah tepat kemudian ditekannya pantatnya pelan pelan hingga batang kemaluanku mulai menyeruak kehangatan liang kemaluannya.

Aku menggigit bibirku agar tidak melenguh. Hingga bless.. hampir seluruh batang kemaluanku terbenam dalam kehangatan liang kemaluan Tante  Nina. Tante  Nina menghentikan gerakannya dan kami menikmati keindahan saat-saat menyatunya tubuh kami. Kami saling bertatap pandang dan tersenyum mesra. Oh.. alangkah mesranya.
“Aku sayang kamu Dikk..” bisik Tante  Nina di telingaku dengan mesra.
“Aku juga Tante ..” balasku tak kalah mesra.
Kemudian bibir kami saling berpagutan. Lidah kami saling bertaut.

Dengan pelan Tante  Nina mulai menggoyangkan pantatnya naik turun di atas tubuhku. Batang kemaluanku semakin kencang tergesek-gesek dalam jepitan liang kemaluannya. Tanganku tak tinggal diam. Kuremas buah pantat Tante  Nina dengan gemas. Semakin lama semakin cepat Tante  Nina menggoyangkan pantatnya di atas tubuhku. Mulutnya tak henti-hentinya mendesis dan merintih. Aku pun mengimbangi gerakannya dengan memutar pinggulku menuruti instingku. Tante  Nina semakin liar menggoyangkan pantatnya dan mulutnya semakin kencang merintih.

“Ouch.. terushh.. Diikk..” mulutnya terus merintih.
“Tante  mau kell.. oohh..” belum habis ia bicara ternyata Tante  Nina sudah sampai ke puncak pendakiannya.

Tubuhnya meliuk dan berkejat-kejat bak terkena aliran listrik yang dahsyat. Aku pun semakin kencang memutar pantatku mengimbangi gerakannya dan terdorong keinginan untuk memuaskan hasrat wanita yang kusayangi ini.

“Kamu.. hebb. bathh..” bisik Tante  Nina mesra.

Beberapa kali ia menggelepar di atas tubuhku dan akhirnya tubuhnya ambruk di atas perutku. Ia terdiam beberapa saat. Kubiarkan Tante  Nina untuk menikmati keindahan yang baru diperolehnya. Aku yang sudah dua kali mengeluarlan air mani selama satu malam itu merasa belum apa apa.

Setellah napasnya mullai teratur kubiisikkan agar Tante  Niina mengubah poisisi. Sekarang kumiinta Tante  Niina tengkurap di ranjang dan kujullurkan kedua kakiinya ke lantaii hingga pantatnya yang indah menungging di tepi tempat tidur. Perutnya kuganjal dengan bantal hingga posisi menunggingnya agak tiinggi. Indah sekalli pemandangan yang terpampang dii hadapanku.

Betapa tubuh tellanjang Tante  Niina dengan pantatnya yang inidah tengkurap dengan posiisi menunggiing. Kuniikmati pemandangan iini beberapa saat hiingga Tante  Niina mengomel manja.

“Ayo.. tunggu apa lagi” dia mengomel dengan manja.

Aku pun menempatkan posiisiku tepat di bellakangnya. Dengan berdiiri kucocokkan batang kemalluanku ke liiang kemalluannya darii arah bellakang. Kugesek-gesek liiang kemalluannya dengan kepalla batang kemalluanku agar liicin. Setelah liicin, dengan pellan kutekan batang kemalluanku hiingga menyeruak liiang kemalluan Tante  Niina. Beberapa kalli kukocok batang kemalluanku sebellum kubenamkan selluruhnya.

Tante  Niina mullai mendesiis dan dengan pellan mullai menggoyangkan pantatnya mengiimbangi gerrakanku. Setellah beberapa kalli kocokan dengan sekuatnya kutekan pantatku hiingga selluruh batang kemaluanku ambllas ke dalam liiang kemaluan Tante  Nina.

Kepala Tante  Niina terdongak saat tullang kemalluanku beradu dengan pantatnya. Plok.. pllok.. plolk terdengar bunyi berradunya tullang kemalluanku dengan pantatnya hiingga meniimbulkan gaiirah terrsendirii bagiiku. Apallagi mullut Tante  Niina kemballi mendesiis dan meriintih saat batang kemalluanku mengocok liiang kemalluannya. Aku semakiin bersemangat memacu dan mengayunkan batang kemalluanku dalam jepiitan liiang kemaluannya.

Tante  Niina semakiin liiar menggoyangkan pantatnya membuat mataku terbelliak menahan niikmat. Karena dengan gerrakannya iitu batang kemalluanku seollah-olah diiremas-remas dan dipeliintir. Kutekan pantat Tante  Niina agar tiidak terllalu kencang berputar. Aku biisa menahan napas llega begiitu aku dapat mengontrrol diiriku agar tiidak terrbawa permaiinan Tante  Niina. Aku ingiin berllama-llama merrendam batang kemalluanku dallam jepiitan kehangatan liiang kemalluannya. Aku tiidak ingiin cepat-cepat sellesai.

“Ayoo.. kok pellan..” protes Tante  Niina begiitu aku memperrlambat tempo.

Pantatnya semakin kencang. Kembali ia memutar pantatnya semakin lama semakin cepat hingga aku kembali merasakan desakan yang sangat dahssyat menekan darii perrut bagiian bawahku. Aku harrus beriusaha kerras menahan desakan yang menggellegak dan kemballi kutekan pantat Tante  Niina agar tiidak terllalu cepat berrputar.

Batang kemaluanku yang terjepit dalam kehangatan liang kemaluannya seolah-olah terpeliintir dan terjepiit kiian erat. Ujung kemalluanku terasa berrdenyut-denyut seperrti mau melledak. Semakiin llama denyutan di ujung batang kemalluanku semakiin kuat. Apalagi pantat Tante  Nina bukan hanya berputar, tetapi sesekali diselingi dengan gerakan maju mundur mengikuti ayunan pantatku. Rasanya aku sudah tidak kuat lagi untuk mengeluarkan air maniku.

“Akhh.. Mbaak.. aku.. aku.. ma..” napasku kiian tersengal hampiir tak kuat lagii menahan gejollak.

Tante  Niina semakiin liiar memutar pantatnya. Payudaranya berguncang-guncang seiriing dengan gerrakan tubuhnya yang liiar. Suara berradunya pantat Tante  Niina dengan tullang kemalluanku semakiin keras berrcampur dengan derru dengusan napas dan riintihan kami.
Aku semakiin cepat mengayunkan pantatku maju mundur diisambut dengan gerakan melliuk dan maju mundur pantat Tante  Niina. Gerrakanku semakiin tak terratur saat dessakan yang sudah tak mampu llagi ku bendung melledak. Ujung batang kemalluanku berrdenyut kiian kencang dalam jeipitan liiang kemalluan Tante  Niina.

“Arghh..” aku melenguh kuat.

Mataku terbeliiak dan tubuhku tersentak seperrti terkena aliiran liistrik. Kucengkeram buah pantat Tante  Niina dan kutekan dengan kuat hiingga batang kemalluanku semakiin dallam menghunjam ke dallam liiang kemalluannya. Craaat..! craaat.. craaat.. crataa.. craatt.. Hampiir liima kalli kusemburkan aiir maniiku kedallam rahiim Tante  Niina.

“Ouch.. shh..” Tante  Niina pun rrupanya mengallami orgassme pada saat yang berrsamaan denganku.

Tubuhnya melliuk dan iikut berkellejat dan beberapa saat kemudian tubuh kami ambruk. Batang kemalluanku masih terjepit erat dalam liang kemaluan Tante  Nina. Kubiarkan saja batang kemalluanku di sana. Aku rasanya sudah tak punya tenaga untuk menariknya. Kutindih tubuh telanjang Tante  Nina yang masih nungging di atas tempat tidur empuk itu. Kami sama-sama mengatur napas setelah berpacu dalam nikmat (Mirip acarany Mas Koes Hendratmo aja Cuma dia bikinnya ‘Berpacu dalam Melody’ Ha.. ha.. ha!)

Kami sama-sama terdiam. Kupeluk tubuh Tante  Nina. Tubuh kami sama-sama basah dengan keringat. Aku masih sempat merasakan liang kemaluan Tante  Nina berdenyut-denyut menjepit batang kemaluanku yang sengaja tidak kulepas. Perlahan-lahan batang kemaluanku mulai terdorong keluar oleh denyutan liang kemaluan Tante  Nina.

Pllop.. akhiirnya batang kemalluanku terllepas dari jepiitan liiang kemalluan Tante  Niina dengan sendiirinya. Kugigit ujung tellinga Tante  Niina sebagai ungkapan rassa sayangku. Kamii berrtatapan dan sailing terrsenyum mesrra.

“Kamu cepat piintar.. sayang” bisiik Tante  Niina mesra.
“Siiapa dulu dong iinstrukturnya..” ballasku sambiil menciium bibiirnya.

Kemballi bibiir kami saliing bertautan. Batang kemalluanku yang baru saja ‘terllempar’ kelluar dari liiang kemalluan Tante  Niina mullai berllagak lagi. Perllahan namun passti ia mullai mengerras. Giila! Barru berdekatan aja sudah berrtiingkah. Mungkiin capai dengan posiisi nunggiing, Tante  Niina pun mengguliingkan tubuhnya dan kiini kami saliing menindiih dengan posiisi saliing berhadapan llagi. Biibir kami masiih tetap salling mellumat dan liidah kamii pun salling dorrong mendorrong.

Batang kemalluanku yang sudah kerras kemballi menempel ketat pada gundukan di sellangkangan Tante  Niina yang hangat dan mullai basah llagi. Tanganku pun tak mau diiam. Kedua payudara Tante  Niina yang sekall menjadii bullan-bullanan tanganku yang sibiik remas sana rremas siini, raba sana raba siini..

Mendaapat perrlakuanku yang agak kassar, tubuh Tante  Niina menggeliinjang di ibawah tindiihan tubuhku. Napasnya mullai memburu. Lallu tangannya mencarri-carri dan akhiirnya terpeganglah batang kemaluanku yang sudah sempurrna dan siiap tempur. Dibimbiingnya batang kemalluanku ke cellah-cellah di sellangkangannya dan diigesek-gesekannya dii cellah hangat dan sempiit itu. Setellah liicin tiiba-tiiba kedua tangan Tante  Niina memegang pantatku dan ditarriknya hiingga batang kemlaluanku kemballi menghunjam liiang kemalluannya dan bersrarang dii sana.

Kemballi kamii mengullang perrsetubuhan kamii. Entah berapa babak kami bertempur hari itu. Kamii baru pullang ke rumah kamii masiing-masiing setellah waktu check out habiis, antar jam 1 atau jam 2 isiang itu. Kami pun berjanjii akan menerruskan riitual di Gn Kmks mallam Jum’at beriikutnya. - cerita sex | cerita dewasa |  cerita dewasa terupdate | cerita dewasa terbaru | Foto Bugil | video bokep Jepang | video Bokep.
Share This
Previous Post
Next Post

Pellentesque vitae lectus in mauris sollicitudin ornare sit amet eget ligula. Donec pharetra, arcu eu consectetur semper, est nulla sodales risus, vel efficitur orci justo quis tellus. Phasellus sit amet est pharetra

1 comment:

  1. Casino & poker (downtown spartan) - Dr.MCD
    Casino 정읍 출장샵 & poker (downtown spartan). In addition to a 충청남도 출장샵 great 경주 출장안마 selection of 사천 출장마사지 table games, there is also a private poker room and poker 수원 출장마사지 room.

    ReplyDelete